Mantan Presiden AS sekaligus kandidat terkuat dalam pemilu 2024, Donald Trump, kembali mengguncang kebijakan ekonomi global. Menjelang batas waktu 1 Agustus 2025, Trump mengumumkan perubahan tarif dagang secara signifikan terhadap sejumlah negara mitra dagang utama, termasuk Tiongkok dan Meksiko.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari strategi "America First 2.0" yang diklaim akan mengembalikan industri manufaktur ke dalam negeri dan melindungi pekerjaan warga Amerika. Trump menyatakan bahwa tarif baru ini akan mendorong perusahaan untuk kembali memproduksi AS, mengurangi ketergantungan terhadap impor.
Namun, kebijakan tersebut memicu reaksi keras dari berbagai negara. Tiongkok menyebut langkah Trump sebagai suatu bentuk proteksionisme yang akan meredakan ketegangan dagang yang sempat mereda. Sementara itu, sejumlah ekonom di dalam negeri khawatir bahwa kenaikan tarif dapat memicu inflasi dan merugikan konsumen.
Pasar global pun langsung bereaksi. Nilai tukar dolar AS menguat sementara indeks saham di Asia dan Eropa mengalami tekanan. Dengan perubahan ini, Trump menunjukkan bahwa arah kebijakan dagangnya tetap keras, seperti pada masa kepresidenannya terdahulu.
Dunia kini menanti respons dari negara-negara yang terdampak sekaligus, bersiap menghadapi potensi perang dagang baru.
0 Komentar