Festival Desa Penglipuran XII tahun 2025 sukses digelar di Desa Adat Penglipuran, Bangli, Bali, pada 10–12 Juli. Mengusung tema “SamskertiBhumiJana: Harmoni Menuju Pariwisata Berkelanjutan dan Inklusif”, festival ini menjadikan filosofi Tri Hita Karana—keseimbangan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan—sebagai landasan utama penyelenggaraan .
Hari pertama dibuka secara resmi di Jabe Pura Penataran dengan Tari Legong Mesatya, parade Gebogan, dan kolosal Tari Gabor yang melibatkan sekitar 150 siswi SMP. Pertunjukan ini memukau penonton sepanjang jalan desa yang rapi dan bersih .
Hari kedua (11 Juli) fokus pada edukasi dan kreativitas, termasuk lomba mewarnai untuk anak-anak dan pertunjukan musik tradisional di area Tugu Pahlawan. Festival hari ketiga diisi Lomba Tari Barong Macan dan bazar UMKM kuliner serta kerajinan lokal, memberi manfaat ekonomi langsung bagi masyarakat desa .
Acara ini melibatkan partisipasi aktif warga desa serta kolaborasi lintas 14 desa tetangga dan dukungan dari Dinas Pariwisata Kalimantan Timur dan Kementerian Pariwisata—festival ini juga termasuk dalam daftar 110 Kharisma Event Nusantara oleh pemerintah pusat .
Sebagai salah satu desa terbersih di dunia dan destinasi unggulan UNWTO, Festival Penglipuran menjadi cermin keberhasilan pariwisata berbasis masyarakat yang tetap memelihara budaya adat, lingkungan, dan semangat gotong royong. Langkah ini menghadirkan harmoni nyata antara apresiasi seni, kesejahteraan warga, dan pelestarian warisan budaya Bali.
0 Komentar